Fri, 15th Nov, 2024 /
14 Jumādā al-Ula, 1446
الجمعة ١٥ , نوفمبر , ٢٠٢٤ / 14 جُمَادَىٰ ٱلْأُولَىٰ , 1446

Dalam bulan Sya’ban ada satu malam yang oleh Allah diberikan keistimawaan dan keberkahan di dalamnya, yaitu malam Nisfu Sya’ban (malam pertengahan bulan Nisfu Sya’ban). Hal ini sebagaimana di sabdakan Rasulullah yang maknanaya: “jika datang malam Nisfu Sya’ban maka dirikanlah shalat malam dan berpuasalah pada esok harinya” (HR. Ibnu Majah). Sabda Rasulullah ini menunjukkan keistimewaan malam pertengahan bulan Sya’ban (Nisfu Sya’ban) Rasulullah menganjurkan kepada umatnya untuk mengisi malam tersebut dengan shalat malam, puasa pada esok harinya dan juga dengan memperbanyak dzikir, wirid serta mengingat mati, hari kebangkitan dari kubur dan hari perhitungan (hisab) semua amal perbuatan manusia, dimana orang-orang yang beriman dan bertaqwa akan beruntung dan orang yang kufur dan dzalim akan merugi. Membaca surat yasin 3 kali pada malam nisfu Sya’ban dengan ikhlas dan benar adalah amal perbuatan yang baik dan yang membacanya akan mendapatkan pahala dari Allah ta’ala. Namun sebenarnya tidak ada satu hadits pun yang menjelaskan tentang kesunnahan membaca surat yasin pada malam ini secara khusus.

Ada satu catatan penting berkaitan dengan tradisi di sebagian masyarakat kita pada malam nisfu Sya’ban, yaitu tentang do’a yang biasa di baca oleh sebagain masyarakat pada malam ini. Do’a tersebut perlu diluruskan karena berkaitan dengan masalah tauhid atau keimanan terhadap taqdir Allah ta’ala. Doa itu berbunyi:

اَللّهُمَّ ِإنْ ُكْنتَ َكَتْبتَنِي ِفىْ أُمِّ اْلِكَتاِب َمْحُرْومًا أَوْ َمْطرُوْدًا أَوْ ُمقَتَّرًا عَلَيَّ فِي الرّزْقِ فَامْحُ أَللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِي وَحِرْمَاِني وَطَرْدِي وَإِقْتَارَ رِزْقِي 

Makna doa yang  perlu di luruskan tersebut adalah: “Ya Allah, jika Engkau telah menetapkan aku dalam kitab-Mu sebagai orang yang terhalang, tersingkirkan atau yang yang terkurangi rizkinya. Maka hapuslah ya Allah dengan karunia-Mu kesengsaraan, keterhalangan, ketersingkiran dan kekurangan rizkiku…”. Doa ini tidak ada yang meriwayatkan dengan riwayat yang shahih dan doa tersebut mangandung makna seakan-akan taqdir Alllah dapat berubah, padahal umat islam sepakat sebagaimana yang di nash alqur’an maupun hadits bahwa taqdir Allah, kehendak Allah tidak dapat di ubah dengan sesuatu apapun, karena perubhan menandakan baharunya sesuatu sedangkan Allah dan sifat-sifat-Nya adalah azali (tidak memiliki permulaan) dan abadi (tidak memiliki penghabisan). Artinya taqdir Allah tidak berubah      

< Previous Post

Speech-2006 Sheikh Salim Alwan al Husainiy

Next Post >

Sirat Part 1

Darulfatwa

40 Hector Street,
Chester Hill NSW 2162

P: +612 9793 3330
F: +612 9793 3103
info@darulfatwa.org.au

Darulfatwa World Map